Mari mendorong anak-anak kita untuk giat menulis. Menulis apa pun. Mendorong anak untuk menceritakan kembali apa yang dialami dan mengungkapkan apa yang dirasakan. Dengan menceritakan kembali, anak dilatih kesadaran diri. Dia menjadi sadar telah mengalami sesuatu. Dia juga akan berkonsentrasi untuk mengingat kembali.
Liburan yang baik adalah liburan yang tidak menyebabkan anak lupa akan kemampuan atau keterampilan yang sudah dia pelajari. Ketika masuk kembali ke sekolah, anak tidak mengalami kesulitan lagi untuk menyesuaikan diri lagi dengan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, menulis sebagai salah satu pilihan aktivitas di masa liburan adalah patut dilakukan.
Penguasaan kosa kata adalah salah satu aspek menuli yang sangat penting. Seorang anak yang luas kosa katanya dapat dengan mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang lain. Namun tentu saja bukan sekadar mempergunakan kata yang hebat tanpa isi, tapi yang utama adalah penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang tepat. Dengan demikian mereka dapat menyampaikan pikiran mereka secara sederhana dan langsung.
Mari membiasakan anak-anak kita untuk gemar menulis! Tentang apa pun!
Dan blog ini akan menayangkan hasil kreativitas mereka! Merekalah yang akan membuat sejarah di masa tua kita - para orang tua mereka -.
Salah satu jawaban pertanyaan di atas ada di kutipan wawancara ini:
Berikut adalah pertanyaan kepada seorang putra Pramudya Ananta Toer tentang bagaimana Pram mengajadi dia menulis :
Apa saja yang diajarkan Bapak?
Membaca buku. Membaca koran. Kata Bapak, dalam membaca koran, baca dulu halaman depan. Satu hari harus bisa menemukan dan memahami tiga kata baru yang tak pernah kita tahu, seperti istilah daerah dan sebagainya. Bila perlu itu dicatat dalam buku. Nama orang yang kita kenal. Semua ditulis.
Bagaimana Pram mengajarkan Anda membaca. Maksud saya membaca buku?
Pertama kali Bapak ngajar membaca buku adalah ketika Bapak menyodorkan buku Ajip Rosidi yang sangat tebal dan itu pertama kali saya membaca buku setebal itu. Semalaman saya bekerja keras memahami isinya. Pas ditanya, ternyata bukan isinya, tapi siapa penerbitnya. Bapak mengajarkan bahwa membaca itu harus semuanya. Tuntas. Semuanya. Bukan hanya isi atau materi buku, tapi juga penerbitnya, nama pengarangnya, editornya, dan seterusnya.
Kalau Pram mengajarkan menulis?
Menulis catatan harian. Bahkan sejak di Buru, kami semua sudah ditekankan untuk menulis buku harian. Bukan cuma saya, tapi semua anaknya. Karena memang itu yang dimau Bapak. Maka setelah beberapa saat bertemu, saya langsung ditanya, mana buku harian. Dan saya kasih tiga buku harian. Kata Pram, dalam buku harian itu apa saja harus ditulis, apa saja yang kita lihat, kita tahu. Dia lihat begitu saja buku harian saya. Tapi Bapak nggak komentar apa-apa. Sampai sekarang pun dengan cucunya dia masih menyuruh buat buku harian. Alasan Bapak menyuruh demikian agar kelak ketika besar kita semua tahu sejarah hidup diri sendiri.
(Catatan: Pramoedya Ananta Tour bagaikan potret seorang nabi, yang dihargai oleh bangsa lain tetapi dibenci di negerinya sendiri. Ia seorang pengarang yang pantas menjadi calon pemenang Nobel. Ia telah menghasilkan belasan buku baik kumpulan cerpen maupun novel. Kenyang dengan berbagai pengalaman berupa perampasan hak dan kebebasan. Ia banyak menghabiskan hidupnya di balik terali penjara, baik pada zaman revolusi kemerdekaan, zaman pemerintahan Soekarno, maupun era pemerintahan Soeharto. Karyanya sangat mendunia, diterjemahkan dalam banyak bahasa. Sayang, saudara sebangsa sendiri tidak begitu mengenalnya.)